Cowok Penjual Tisu

Pagi itu kelas terlihat sunyi, tak ada suara manusia di udara, padahal di dalam kelas tersebut ada mahasiswa yang sedang duduk rapi berjumlah 19 orang. Mereka tak saling bicara. Hanya diam – Hari ini adalah hari pertama mereka duduk dalam satu ruangan mengikuti kegiatan Pelatihan Kepemimpinan (PK).
 
Salah satu mahasiswa tersebut bernama Rafi, mahasiswa jurusan bahasa jepang yang selalu membawa tisu untuk dijualkan ke teman-temannya. 
Dia mengikuti kegiatan PK karena terpilih langsung oleh Kementrian Pusat, begitu pula dengan 18 mahasiswa lainnya yang punya basic pendidikan berbeda. Mereka akan mengikuti proses pelatihan selama 3 bulan.


Pada satu sesi kelas, mereka diharuskan untuk berkenalan satu sama lain. Rafi terlihat tak begitu gugup. Perkenalan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa baginya. Dan pada sesi perkenalan tersebut, Rafi tiba-tiba saja tertuju pada seorang wanita berperangai pakistan dengan warna baju cukup terang baginya. Kala itu adalah saat wanita tersebut memperkenalkan dirinya.
“nama saya Bintang, saya dari Kalimantan, salam Kenal semua.”
Rafi terlihat terkejut pada saat mendengarkan perkenalan dari wanita itu, puncaknya adalah ketika wanita tersebut menyebutkan nama “Bintang.”


Bintang adalah nama seseorang yang pernah dan sangat berarti bagi Rafi. Seseorang yang bukan hanya teman biasa. Seseorang yang selalu ia pamerkan kepada teman-temannya. Seseorang yang pernah membuatnya bangkit dari musibah. Seseorang yang sekarang lagi memperbaiki dirinya di kota yang berbeda. Seseorang yang ia simpan di dalam hatinya.
Lalu ketika hari ini nama itu disebut, seakan mengingatkan Bintang yang jauh disana.


Awalnya semua berjalan biasa-biasa saja.
Rafi yang selalu membawa tisu ke kelas tak pernah merasa hidupnya akan berubah. Tidak setelah Bintang yang di kelasnya selalu membeli satu tisu tiap harinya.
Waktu itu, Rafi tak pernah tahu apa maksud dari Bintang membeli semua tisu-tisu itu. Yang dia pedulikan adalah semua tisu yang dibawanya dapat terjual habis.


Bintang adalah salah satu peserta pelatihan yang cerdas dengan nilai Kepemimpinan memuaskan, Rafi bahkan tak sanggup menyaingi nilai Bintang di kelas.
Mungkin karena alasan ini, Rafi mulai merasa kagum pada Bintang.

Sebelum kata Kagum tersebut menjadi kata paling menjengkelkan di Dunia (Ucap Bintang).
Diam-diam Bintang mulai menyukai Rafi. Dan semenjak hari itu kehidupan Rafi mulai berubah.

***
1 tahun silam. Rafi sempat didiagnosis abses paruh oleh dokter. Ia bersyukur masih bisa diberikan kesempatan pulih hingga hari ini. Yang selalu ia ingat adalah kesempatan seperti itu mungkin hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup, maka sudah cukup untuk membuat Rafi sadar bahwa hidup bukan tentang kesenangan dunia tapi bagaimana ia bisa menjadi anak yang punya andil dalam memasukkan kedua orang tuanya ke dalam surga. Ia berjanji bahwa kehidupan setelah ia sakit akan dijalaninya dengan men-fokuskan pada dua hal yaitu Tuhan dan keluarganya.

Lalu ketika hari ini ia mulai tergoda untuk melenceng dari janji yang telah ia buat. Maka bukan hanya persoalan gugurnya ibadah yang sudah beberapa bulan belakangan ia lakukan tapi persoalan janji tentang arti prioritas.

Rafi memang tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya terhadap Bintang. Sejak pertama kali Bintang memperkenalkan dirinya di kelas. 

Hari berjalan seperti tak ada apapun yang terjadi. 

Tidak pada saat ini. Tidak ketika perasaan mulai mendominasi sebuah pertemanan.

3 bulan berlalu, seperti tisu yang telah dipakai; dibuang namun meninggalkan air mata.

"Jalani hidupmu, anggap ini tidak pernah terjadi" - Mungkin akan menjadi kalimat terakhir di kolom chat-an WA milik Rafi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENENTUAN KALSIUM BATU KAPUR

SUDAHKAH KITA PEDULI?