SUDAHKAH KITA PEDULI?
Issue terhadap perubahan iklim di Indonesia beberapa tahun terakhir
menjadi sangat marak diperbincangkan. Bagaimana tidak? Suhu udara di beberapa kota
besar menjadi sangat panas kurang lebih mencapai 35-360C. Hal ini
tentu saja membuat khawatir bagi mereka yang tahu betul akan dampak dari
perubahan iklim. Sementara yang lain, hanya menganggap Issue ini sebagai cerita dongeng yang sejak dulu sudah menjadi
suatu kebudayaan.
Lalu kalian masuk kategori yang mana?
Salah satu faktor penyebab dari perubahan iklim adalah
bertambahnya kadar karbon dioksida (CO2), dinitrogen oksida (N2O),
metana (CH4), sulfur heksafluorida (SF6), dll di atmosfir
sebagai efek rumah kaca. Presentasi penyumbang perubahan iklim terbesar adalah
karena paparan dari kadar CO2, alasannya karena CO2
merupakan senyawa gas yang menyerap pada gelombang Infra Red (IR) menyebabkan
energi panas dari bumi terkekang dilapisan atmosfir dan 93 % dari energi panas
tersebut akan ditransfer ke lautan. Akibatnya berdampak pada coral reefs (karang) yang mengalami bleaching (pemutihan) hingga akhirnya
mati dan suhu lautan meningkat.
Perubahan iklim adalah suatu problematika nyata yang
sedang berlangsung di bumi kita dan bukan hanya sekedar “cerita sambil-lalu”.
Contoh kecilnya adalah saya pernah memakai payung pada saat matahari bersinar
cerah. Waktu itu, sebelum saya berangkat menuju kampus saya menyempatkan diri
untuk melihat perkiraan cuaca hari itu (suatu hari di bulan September 2017 di
kota Bandung). Di handphone, saya dapati
bahwa prediksi cuaca hari itu adalah hujan berkabut, maka berdasarkan pedoman
tersebut bergegaslah saya ke kampus dengan mengantongi payung di ransel saya. Wal
hasil, setelah semua mata kuliah saya selesai pada hari itu (kira-kira pukul 2
siang) dan tidak ada setitik pun kumpulan awan hitam di langit ITB saat itu.
Berdasarkan cerita menyedihkan saya diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa Indonesia jaman
now adalah masa dimana cuaca sudah sangat susah untuk diprediksi. Cuaca yang
susah diprediksi ini adalah salah satu dari sekian banyak contoh dari perubahan
iklim. Untuk contoh yang lebih ektrim temen-temen bisa lihat disini (http://www.globalcoralbleaching.org/).
Berdasarkan pengalaman dan beberapa pengetahuan
tambahan dari workshop berkaitan perubahan
iklim maka sangat penting untuk kita bahas mengenai masalah infrastruktur dan
mobilitas di negara kita.
Infrastruktur di Indonesia mengenai masalah lingkungan,
sejauh ini masih belum cukup untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Contohnya
adalah kurangnya pemerataan bank sampah di beberapa wilayah Indonesia. Bank
sampah ini bertujuan untuk mengolah sampah berdasarkan jenisnya (organik dan
anorganik) yang selanjutnya dapat menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang
sehat, rapi dan bersih. Bank Sampah juga sangat berguna dalam masyarakat,
misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki nilai ekonomis.- Infrastruktur
- Mobilitas
Mobilitas disini berkaitan tentang transportasi sebagai salah satu penyumbang gas emisi (polutan) pada pemanasan global. Pertambahan penduduk dan urbanisasi merupakan penyebab semakin banyaknya penggunaan motor dan mobil pribadi di Indonesia menyebabkan polutan semakin banyak di atmosfir. Salah satu solusi menghadapi masalah ini yaitu tentu saja dengan meminimalisir penggunaan mobil atau motor pribadi dan beralih ke penggunaan transportasi umum.
Poin penting dalam penulisan kali ini adalah bagaimana
kita sadar akan perubahan iklim yang sedang terjadi. Bagaimana kita mencoba menerapkan
gaya hidup yang tidak boros energi seperti tidak boros penggunaan air bersih,
listrik, alat-alat elektronik lainnya serta sadar akan sampah baik organik
maupun anorganik yang keduanya dapat menyebabkan resiko perubahan iklim,
caranya adalah dengan meminimalisir penggunaan plastik, tidak buang sampah
sembarangan, dan mengolah sampah menjadi sesuatu yang lebih bernilai atau dapat
digunakan kembali.
Terakhir, mari tanam 1 pohon untuk Indonesia.
Semangat climate ranger! Bismillah.
Komentar
Posting Komentar