Misteri Gunung Kenjai (Cerita Tejo)

Di sebuah hutan yang tidak jauh dari pedesaan hiduplah seorang kakek yang bernama kakek Kenjai. Desa itu bernama desa Tambu kecamatan Balaesang. Kakek Kenjai setiap harinya menggunakan sepedanya pada saat ia ingin berpergian. Kehidupan kakek ini begitu memprihatinkan karena ia hanya hidup sendiri. Kakek Kenjai sehari-harinya mencari makan dengan mencari serpihan-serpihan kayu untuk kemudian dijual ke pasar yang terletak di desa Tambu yang tidak jauh dari tempat tinggal kakek. Kondisi fisik yang sudah sangat lemah tidak menjadi penghalang kakek untuk melakukan setiap aktifitasnya setiap hari yakni mencari serpihan-serpihan kayu tersebut.

Pada suatu hari, kakek Kenjai ingin berpergian ke desa untuk menjual hasil kumpulan kayu yang sudah beberapa hari ia kumpulkan. Untuk sampai ke desa tersebut kakek harus melewati sebuah gunung yang amat tinggi dan dianggap keramat oleh warga desa karena telah banyak terjadi hal-hal yang misterius seperti adanya suara bayi yang menangis tersedu-sedu, orang hilang dan suara-suara lain yang tidak menyenagkan, belum lagi gunung tersebut dipenuhi oleh pepohonan-pepohonan yang berukuran besar. Namun mitos tersebut dianggap biasa-biasa saja oleh si kakek karena selama ia melewati gunung tersebut belum pernah terjadi hal-hal yang dimitoskan oleh warga desa. Selang waktu berlalu, kakek Kenjai mulai memasuki gunung keramat itu, ditengah perjalanan kakek merasa sangat lelah karena sudah hampir sehari ia mengayung sepedanya. Kakek Kenjai kemudian berniat untuk beristirahat sejenak di sebuah pohon beringin yang amat rindang dan besar. Menurut warga pohon itu merupakan pohon yang sudah banyak memakan korban. Namun karena kakek Kenjai sudah sangat kelelahan maka tanpa berpikir panjang kakek langsung menyandarkan bahunya pada pohon beringin tersebut. Keringat kakek bercucuran membasahi sekujur tubuh kakek sampai membasahi pohon yang kakek sandari. Kesejukan angin di gunung tersebut membuat kakek menikmati tidurnya. Waktu terus berlalu hingga matahari mulai terbenam.
Di waktu yang sama, ada seorang pemuda yang sedang berjalan melewati gunung tersebut dan tanpa sengaja melihat kakek Kenjai yang masih tertidur di pohon beringin, dengan rasa penasaran maka pemuda tersebut menghampiri kakek. Perlahan-lahan pemuda itu memegang bahu kakek dan ingin membangunkan kakek karena hari semakin gelap. Namun, setelah beberapa kali dibangunkan tidak ada respon dari kakek Kenjai. Si pemuda spontan ketakutan dan segera memeriksa denyut jantung kakek dan ternyata jantung si kakek tak lagi berdenyut. Dengan rasa ketakutan yang semakin bertambah si pemuda kemudian membawa kakek menuju pedesaan untuk dimakamkan.
Penyebab kematian kakek Kenjai masih menjadi tanda tanya sampai sekarang, namun menurut warga penyebab kematian kakek pasti karena penghuni pohon beringin yang disandari oleh kakek Kenjai. Dan sejak saat itu gunung keramat tersebut dinamakan gunung Kenjai untuk menghormati si kakek yang berjiwa tangguh dan pemberani.
Sejak saat itu, ketika masyarakat hendak melewati gunung Kenjai mereka sering menyapa pohon beringin tempat kematian kakek Kenjai dengan sapaan “Assalamu’alaikum, numpang lewat dan lain sebagainya”. Jika tidak, maka dipercaya pohon tersebut aka mengeluarkan suara-suara yang aneh.
 Keanehan-keanehan yang sering terjadi di gunung tersebut membuat warga desa merasa gusar hingga warga mengambil keputusan untuk menggusur pohon-pohon yang ada digunung Kenjai tersebut untuk dijadikan jalanan yang dapat dilalui sepeda motor dan mobil. Namun, setelah dilakukan beberapa kali penggusuran dengan menghadirkan kontraktor-kontraktor handal. Pepohonan di gunung Kenjai tak ubahnya tergusur. Dan sampai sekarang pun gunung Kenjai merupakan salah satu gunung paling keramat yang ada di kecamatan Balaesang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cowok Penjual Tisu

PENENTUAN KALSIUM BATU KAPUR

SUDAHKAH KITA PEDULI?