Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

PENGALAMAN LPDP anak baper

Padahal baru se-hari aku meninggalkan rumah. Tapi rasanya sudah sekangen ini. Lucu memang tapi sedikit ada rasa sayang di hati untuk meninggalkan orang tua. Ama dan aba. Orang yang sangat penting bagiku. Ini untuk kali kedua aku meninggalkan mereka. Pergi merantau untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Terlihat seperti bahagia bukan? Sesungguhnya tidak semudah yang terlihat.  Aku bukanlah orang yang berlatar belakang memiliki banyak uang juga merupakan bagian dari keluarga yang kaya. Sekali lagi bukan. Aku hanyalah anak dengan latar belakang sederhana tapi cukup bahagia. Masih punya orang tua yg lengkap, ama, aba, kakak, adik, bibi, dan ponakan di-usia yg setengah perjalanan hidup. Dan aku sudah cukup bahagia dengan memiliki mereka di kehidupanku. Pacar? Rahasiah-lah. Hehe Aku berlatar belakang pendidikan kimia. Setidaknya cukup-lah untuk menjawab pertanyaan teman-teman tentang kasus Jessica-Mirna. Mempersiapkan diri melanjutkan pendidikan magister penga...

Bukan. Bukan kita. Hanya aku dan dia.

Sore itu hujan turun tak begitu deras, hanya gerimis. Namun cukup menghambat aktivitasku. Ditambah Listrik yg masih juga padam sejak pagi tadi. Mugkin karena hujan, aku dengan hayalku tiba-tiba memikirkannya. Memikirkan dia dan momen bersamanya. Yah. Dia. Gadis jamur berperangai indah dikala senja. Aku memikirkan tentang masa depan yg banyak org lain pikirkan. Tentang bagaimana hidup berpasangan. Tentang bagaimana kita hidup untuk saling melengkapi. Berulangkali aku katakan pada diriku. Bahwa benar sosok sesempurna dia layak mendapatkan imam yg sepadan. Agar diriku bisa termotivasi untuk menjadi imam yg sepadan itu. Lalu? Sudahkah aku berusaha? Tanamkan itu. Dia pernah berkata "kita akan berpisah untuk memperhebat diri masing-masing, untuk mengejar mimpi, untuk keluar dari zona aman" Mungkin kalian tak pernah tahu. Bahwa kita bukan siapa-siapa. Tak ada ikatan apapun antara kita. Hanya saling perhatian dan saling mengerti rasa. Romantis bukan? Lantas berdosakah kita? ...

Cinta?

Aku kembali duduk seorang diri di tempat ini, di teras rumah yang memang selalu aku pakai dikala merasa bosan dan karena tak ada kerjaan. Banyak hal yang kemudian menjadi topik hayalan bahkan angan-angan. Seperti, kapan punya kerja yang mantap dan punya banyak penghasilan. Lalu, kapan bisa jalan-jalan ke luar negeri. Kapan bisa bahagiain orang tua. Atau, kapan punya pacar? Salah. Lebih tepatnya kapan menikah? Menghayal lalu merenung. Jika seperti ini, itu berarti aku lagi dalam fase 'bosan dan ga punya kerjaan.' Now, bicara soal cinta. Mungkin untuk sekarang bahasannya bukan ke cinta tapi ke mantan. Beberapa kali terbesit dalam pikiran aku. 'Ah sudahlah, maybe aku ga digariskan buat punya pacar lagi' - malah bagus kata adik aku sebab pacaran hanya membawa ke perzinahan. Ketika beberapa kali aku melihat mantan pacar aku yg paling terakhir ini. Entah kenapa. Ada semacam perasaan ilfeel. Ketika aku pikir-pikir lagi. Penyebabnya adalah dia yang orgnya ga bisa diperc...

Kalian versi Aku

Karena kebersamaan selama 4 tahun lebih bukanlah omong kosong. Melainkan ada semacam suatu ikatan yang tak terlihat namun terasa bahwa kita bukanlah sekedar teman tapi sahabat (Ma'ruf, 2011). Tulisan kali ini tentang sahabat sahabat gue yang sekarang lagi sibuk nyari kerja pasca graduate S1 di Pendidikan Kimia sekaligus balasan atas tulisan CL salah satu sahabat gue. Namun dengan versi 1.2 oleh Ahmad Ma'ruf. (Download disini) :D 1. Citra Larasari Citra. Cit. Cite. Itu beberapa nama panggilannya. Anaknya pendiam namun suka senyum dan ketawa dengan maksud yang hampir tidak jelas (Menurut aku). Misterius bukan?. Meski anaknya emang pendiam namun sejatinya ia ingin sekali merubah stigma tersebut untuk kemudian menjadi seorang yang lebih periang layaknya Faday (Tokoh hayalan) dan Inong (Juga). Pekerja keras dan sederhana. Tidak suka berbelit belit dan tertutup. Apapun dilakukannya dengan giat meski kadang kadang usahanya acap kali mendapat hasil yang kurang memuaskan. M...

Jika Harus Memilih

Apakah benar ada yang namanya cinta? Atau hanya sekedar suka yg diembel embeli jadi cinta. Aku akhirnya mengerti, kenapa dalam menjalani hidup selalu punya dua pilihan atau lebih. Itu karena semua pilihan dikembalikan kepada sang pemilih. Ia akan memilih apa dan menanggung konsekuensinya. Begitu pula dalam hal berpacaran. Aku punya seorang sahabat yang bernama Nurma. Aku biasa memanggilnya dengan sapaan Uma. Dia adalah sosok wanita yg mengaku belum pernah pacaran dan akan terus seperti itu sampai jodohnya benar benar muncul ketika ada seorang lelaki yg datang melamarnya. Ia tentunya penasaran dengan rasa 'pacaran' yang selama ini sering ia lihat dari teman temannya. Namun rasa itu entah bagaimana bisa ia pendam dan tetap istiqomah pada pendirian bahwa pacaran bukanlah bagian dari perjalanan hidupnya. Hebat bukan? Lalu pertanyaan selanjutnya. Apa konsekuensi dari tidak pacaran? Tidak banyak yang dapat aku jelaskan mengenai ini karena setiap orang punya cara berpikir yang be...