Cinta?

Aku kembali duduk seorang diri di tempat ini, di teras rumah yang memang selalu aku pakai dikala merasa bosan dan karena tak ada kerjaan.

Banyak hal yang kemudian menjadi topik hayalan bahkan angan-angan. Seperti, kapan punya kerja yang mantap dan punya banyak penghasilan. Lalu, kapan bisa jalan-jalan ke luar negeri. Kapan bisa bahagiain orang tua. Atau, kapan punya pacar? Salah. Lebih tepatnya kapan menikah?

Menghayal lalu merenung. Jika seperti ini, itu berarti aku lagi dalam fase 'bosan dan ga punya kerjaan.'

Now, bicara soal cinta. Mungkin untuk sekarang bahasannya bukan ke cinta tapi ke mantan. Beberapa kali terbesit dalam pikiran aku. 'Ah sudahlah, maybe aku ga digariskan buat punya pacar lagi' - malah bagus kata adik aku sebab pacaran hanya membawa ke perzinahan.

Ketika beberapa kali aku melihat mantan pacar aku yg paling terakhir ini. Entah kenapa. Ada semacam perasaan ilfeel. Ketika aku pikir-pikir lagi. Penyebabnya adalah dia yang orgnya ga bisa dipercaya, punya banyak selingkuhan, dan ga setia. Sesaat setelah menulis kata-kata ini, hati aku seperti ada yang menggaris tapi ga sakit sih. Bener ga sakit? Emm. Iya bener (serius).

Lalu sekarang, aku menyesal telah atau pernah pacaran dengannya. Seperti telah menghabiskan waktu pada orang yang salah. Hanya membuang-buang waktu.

Aku menyesal karena telah atau pernah ingin serius padanya.
Aku menyesal karena telah atau pernah sayang banget padanya.
Aku menyesal karena telah atau pernah berusaha setia padanya.
Aku menyesal karena telah atau pernah menuliskan puisi indah untuknya.
Aku menyesal karena telah atau pernah bersedih karenanya.
Aku menyesal karena telah atau pernah percaya padanya.
Aku menyesal karena telah atau pernah merasa bahwa dialah segala-galanya.
Aku menyesal karena telah atau merasa tak bisa hidup tanpanya.
Aku menyesal karena telah atau pernah mati-matian buat tidak melepaskannya.
Serta, aku menyesal karena hampir kembali padanya.

Waktu telah datang dan menyadarkan atas kebodohanku. Atas semua kesia-siaan yang telah aku habiskan.
Aku sadar ketika melihat kembali pada senyum dan tatapan matanya. Aku sadar ketika aku merasakan sakit atas perlakuannya saat aku melihat kembali padanya.

Aku tak mau mengatakan bahwa aku membencinya. Karena benci adalah indikasi dari cinta.

Biarkan dia terus melakukan drama. Sebab drama akan berakhir karma.

Aku malah bersyukur karena sekarang telah sadar. Sebab orang sebaik dan se-setia aku berhak mendapatkan pasangan yg lebih baik. Meski terdengar seperti teori pembenaran. setidaknya, hati aku agak lebih tenang ketika mendengar pada kalimat tersebut.

Dia adalah bunga yang salah aku petik karena merasa dialah yang terindah. Sekarang, setelah terlanjur ku bawa pulang. Aku baru sadar, ternyata bunga yang indah itu punya banyak peminat.

Bunga ternyata tidak harus indah atau cantik tapi yang bisa menjaga diri dan hati sehingga bunga itu kelak hanya jatuh pada orang yang benar-benar layak baginya.

Aku sudahi membahas tentang bunga.

Waktunya membahas senja.
Iya. Kamu. Yang mungkin sekarang telah sampai pada kalimat ini.

Aku bukanlah seorang pria yang baik. Aku punya banyak pengalaman buruk, banyak melakukan kesalahan dan punya banyak kekurangan. Aku bahkan lebih buruk dari orang-orang yang berpenampilan buruk bak preman.

Aku hanya selalu bersyukur karena bisa dicintai olehmu.

Lalu apa aku pantas untukmu?
Apa aku bisa sepadan denganmu?

Sejak lama aku ingin menyamakan posisi keimanan kita, Ra.
Tapi aku selalu lalai.
Apa karena aku biang dosa?

Aku menyesal karena selalu membuat hatimu patah.
Bahkan beberapa kali meneteskan air mata.
Atau seperti belati yg selalu menggaris hati ketika kau merasa cemburu karenaku.

Aku hanya tak ingin kau merasa sakit. Oleh orang sepayah aku.

Tunggulah sedikit lagi, Ra.
Kalau kita emang ditakdirkan buat bersatu. Bukan salah Tuhan, jika sekarang kita saling menyakiti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cowok Penjual Tisu

PENENTUAN KALSIUM BATU KAPUR

SUDAHKAH KITA PEDULI?